Cooooooooooool……………….
Dingin banget disini!
Saya nyampe di bandara internasional "Khomeini-Teheran" jam 15.45 (GMT+3.30). Dingin banget, kota Bukittinggi dan Batu aja kalah. 8 derajad bo! Setelah melewati bagian imigrasi yang ternyata tidak terlalu keras, saya turun ke bagian klaim bagasi. Saya agak kaget, karena mereka re-check bagasi kita beberapa kali, kayaknya gak percaya dengan x-ray di Malaysia kali ya. Saya pikir bagus juga pengamanan mereka. Tidak ada yang special dengan bandaranya, besar, tapi sayangnya sangat gersang sekali, mungin karena sekarang winter.




Di luar ternyata Prof. Taghi Kayamiyan telah menunggu dengan wajah ceria dan banyak tawanya, beliau terlihat lebih muda dibandingkan dengan terakhir kita bertemu 1 tahun yang lalu di Jakarta. Oh ya, saya lupa cerita kalau ke sini (Iran) atas undangan Prof. Taghi (Isfahan University of Technology) sebagai invited lecture pada “Bioinformatics Workshop For Vaccine Design”. Workshop akan dilaksanakan selama 3 hari. Dari rancangan yang saya buat sih dari jam 8 pagi - 3 siang, tapi mungkin ada perubahan dari Prof. Taghi.

Dari Teheran, kita menuju kota Isfahan yang lumayan jauh dari kota Teheran (+ 4 jam perjalanan). Selama di perjalanan, prof. Taghi bercerita banyak mengenai penelitiannya akhir2 ini, tapi sepertinya saat itu saya masih jetlag dan sedang tidak tertarik dengan pembicaraan serius mengenai penelitian dll. Saya melihat di sekeliling kami hanya hampararan pasir, gunung batu, tanpa ada tanaman, gersang. Walaupun ada beberapa gunung yang bagian ujungnya terkumpul es, tapi humiditasnya sangat rendah.



Percakapan mulai menarik saat Prof. Taghi bercerita mengenai perekonomian masyarakat di sana, politik, sosial budaya. Saya baru tau kalau Iran penghasil gas kedua terbesar di dunia setelah Rusia. Itu sebabnya mobil disana pada umumnya menggunakan CNG (Compress Natural Gas), tapi walaupun harganya murah, pemerintah menjatahkan maksimal 40 L/bulan menggunakan sistem kupon.

Satu hal yang membuat saya kaget, masih sangat banyak penduduk miskin di negara minyak tersebut. Tuhan itu maha adil, buat kita “mungkin” minyak bumi adalah sesuatu yang mahal, namun kita kelebihan air. Tapi Iran? Mereka beli air sama mahalnya dengan kita beli minyak.

Dalam perjalanan menuju Isfahan, kita melewati suatu kota yang bernama “QOM”. Kota ini merupakan kota santrinya Iran. Disini jugalah tinggal para ahli agama. Repubic Islamic of Iran. Dari kata republiknya sih awalnya saya menyimpulkan bahwa sistem pemerintahannya ga jauh-jauh beda dengan Indonesia, namun ada beberapa perbedaan pada pengambilan keputusan. Untuk menjalankan pemerintahan sehari-hari, keputusan terletak di tangan presiden, tapi jika masalah tersebut tergolong kepada penyelesaian masalah eksistensi dan keutuhan bangsa (seperti masalah pengembangan nuklir), presiden harus berunding dengan Imam dan keputusan tersebut bisaanya diputuskan oleh Imam walaupun yang mengumumkannya tetap presiden. Hal ini berbeda dengan DPA (Dewan Pertimbangan Agung) yang hanya memberikan nasehat kepada presiden tapi tidak bisa memutuskan. Imam pertamanya bernama Imam Khomeini, dan sekarang adalah masa pemerintahan Imam kedua (setelah Khomeini). Sayangnya saya lupa nama beliau. Nah lho…. Apa hubungannya antara pemerintah dengan Qom? Imam merupakan orang saleh yang dipilih melalui seleksi dan kriteria tertentu. Calon Imam ini tinggal di Qom.

Wah, capek juga perjalanan 4 jam di jalan yang gersang. Ngantuk....tuk...tuk....

Comments (0)